
Ilustrasi: visitbandaaceh.com/aceh-indonesia-tsunami-2004
MENGAMALKAN FIKIH KAWARIṠ
Oleh: Taryudi, Lc.
الْحَمْدُ لِلَّهِ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُوْلَى وَالْآخِرَةِ، أَحْمَدُهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، هُدًى بِإِذْنِ رَبِّهِ الْقُلُوْبَ الْحَائِرَةِ. صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ نُجُوْمَ الدُّجَى وَالْبُدُوْرَ السَّافِرَةِ. وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَي فِى كِتَابِهِ الكَرِيْمِ : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Ma’āsyiral mu’minīn rahimakumullāh.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada sayyidil anbiyā’ wal mursalīn, Nabi Muhammad Saw.
Melalui mimbar mulia ini, khatib menyampaikan wasiat terutama kepada diri khatib sendiri dan kepada seluruh kaum muslim yang hadir menunaikan salat Jumat di masjid ini. Mari bersama-sama, kita tingkatkan kembali kualitas iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Dengan mengamalkan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang.
Ma’āsyiral mu’minīn rahimakumullāh.
Tema khutbah yang akan khatib sampaikan pada siang ini adalah “Mengamalkan fikih kawariṡ”. Fikih kawariṡ itu fikih kebencanaan. Istilah baru yang membahas bagaimana cara menyikapi peristiwa-peristiwa kebencanaan dalam pandangan Islam. Mengingat bahwa negara ini menempati peringkat ke 12 dari 35 negara yang paling rawan bencana. 40 persen penduduk Indonesia terancam dengan adanya risiko bencana tersebut. Maka, memahami fikih kebencanaan dan mengamalkannya telah menjadi kebutuhan bagi umat Islam di Indonesia.
Substansi dari fikih kawariṡ ini sesungguhnya memuara pada dimensi keyakinan. Bahwa Allah SWT memiliki sifat ar-Rahmān dan ar-Rahīm. Allah Mahapengasih dan Allah Mahapenyayang. Keyakinan atas Maha Kasih dan Maha Sayangnya Allah adalah nilai teologis yang bersifat mutlak. Sehingga keyakinan itu tidak boleh tersentuh oleh segala macam keraguan di hati. Ini karena Allah SWT sendiri yang menetapkan pada Dzatnya sifat rahmat tersebut. Sebagaimana dalam firman-Nya,
كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ
Artinya: Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya. (QS al-An’am: 54).
Keyakinan tersebut membawa kepada pandangan bahwa apa pun yang Allah SWT berikan pada manusia pasti akan meniscayakan adanya kebaikan dan kasih sayang di dalamnya. Lantas apakah keyakinan bahwa semua yang Allah SWT berikan itu semuanya baik punya hubungan dengan orang yang bertakwa? Tentu, ada hubungan yang sangat erat antara keyakinan itu dan orang-orang bertakwa. Hubungannya adalah keyakinan itu telah menjadi karakter utama mereka.
Alquran menggambarkan dengan sangat jelas betapa orang-orang yang bertakwa selalu memandang apa pun yang Allah berikan pasti semuanya baik.
وَقِيْلَ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا مَاذَآ اَنْزَلَ رَبُّكُمْ ۗ قَالُوْا خَيْرًا
Artinya: Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa, “Apakah
yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Kebaikan.” (QS an-Nahl: 30).
Cara pandang inilah yang dipakai dalam bingkai fikih kawariṡ dalam memandang bencana yang terjadi. Bahwa bencana sebagai bagian dari kehendak Allah SWT tentu di dalamnya memuat kebaikan. Di antara kebaikannya adalah menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan manusia terhadap Tuhannya. Maka, bencana yang menimpa makhluknya bukan merupakan wujud dari murka Allah SWT, melainkan sebagai bentuk kebaikan dan kasih-sayang-Nya. Agar umat manusia segera melakukan koreksi diri atas apa yang terjadi. Termasuk koreksi atas semua perbuatan yang menimbulkan kerugian dan malapetaka.
Ma’āsyiral mu’minīn rahimakumullāh.
Selain dimensi keyakinan, fikih kawariṡ juga menekankan pada langkah-langkah filosofis manusia sebagai al-musta’mir (pemakmur bumi). Sebagai pemakmur bumi, maka manusia memiliki tugas untuk menjaga kelestarian alam ini. Tidak seharusnya manusia yang punya tugas mulia tersebut justru melakukan perusakan alam. Jika pun harus melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam (SDA) karena kepentingan kesejahteraan, namun tetap perlu untuk terus dijaga supaya tidak berlebihan. Dalam paradigma yang lebih luas lagi, alam ini bagi orang beriman akan selalu digunakan sebagai sarana takarub, mendekatkan diri kepada Allah.
Tentu saja ada kaitan yang sangat kuat antara tugas manusia sebagai pemakmur bumi dan persoalan kebencanaan. Paling tidak, ada dua peran penting yang bisa dilakukan oleh manusia sebagai upaya mengamalkan fikih kawariṡ.
Pertama, langkah mitigasi bencana.
Mitigasi adalah tindakan mengurangi dampak bencana. Mitigasi juga upaya kesiapsiagaan terhadap bencana. Langkah mitigasi ini mempunyai manfaat yang cukup besar. Melalui mitigasi yang efektif insya Allah bisa mengurangi kerugian korban jiwa dan harta benda akibat peristiwa kebencanaan. Orang beriman punya kewajiban untuk senantiasa mendahulukan semua bentuk tindakan pencegahan. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar mengamalkan slogan, “mencegah lebih baik daripada mengobati.”
Kedua, langkah interaksi bencana.
Interaksi bencana ini ditujukan kepada pihak yang terkena bencana. Sikap terbaik saat tertimpa bencana adalah selalu mengedepankan kesabaran. Sabar merupakan amal hati. Kenapa orang beriman jika imannya benar, ia pasti jadi orang yang sabar. Sebab memang dalam amal sabar itu tertanam dengan kokoh prasangka baik kepada Allah. Orang sabar itu adalah manusia yang tidak pernah memandang buruk takdir dari Allah. Itu karena mereka yakin seyakin-yakinnya pasti ada hikmah kebaikan di balik semua yang terjadi. Sikap sabar ketika terkena bencana akan menghadirkan ketenangan jiwa. Apalagi Allah SWT telah berjanji akan memberikan ganjaran pahala yang tidak ada batasnya bagi orang-orang sabar.
Interaksi bencana ini ditujukan juga pada pihak yang tidak terkena bencana. Sikap terpuji yang wajib dikedepankan adalah sikap tanggap darurat dan semangat membantu sesama. Dengan segera menolong para korban bencana. Sikap tanggap darurat dalam peristiwa kebencanaan merupakan bukti nyata masih adanya orang-orang yang beriman. Karena orang yang beriman kepada Allah mempunyai hati yang sangat lembut dan mudah tersentuh oleh derita dan kesulitan orang lain. []
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيْمِ , وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ ، وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَي أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اِعْلَمُوْا أَنَّ اللّهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ، فَقَالَ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيْلِ: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَليٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرْكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجْأَةَ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سُخْطَتِكَ. لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنَّا كُنَّا مِنَ الظَّالِمِيْنَ.
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلِإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ِذيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللَّهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ , وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعَوُنَ.
Khutbah ini diterbitkan oleh Bidang Dakwah LPIT Harapan Ummat Purbalingga.